Arak-arakan Penuh Makna

Pagi itu, Hari Rabu, tanggal 21 Mei 2025 suasana di Desa Pendosawalan sudah dipenuhi antusiasme. Sejak pukul 07.00 WIB, warga mulai berkumpul di kediaman Bapak Petinggi, Hidarwo titik awal dimulainya arak-arakan Sedekah Bumi. Berbagai persembahan hasil bumi, mulai dari sayuran, buah-buahan, hingga tumpeng raksasa, dihias sedemikian rupa, siap diarak mengelilingi desa.

Barisan paling depan diisi oleh Marching Band dari MA Darul Ulum Purwogondo kemudian para sesepuh desa dan perangkat desa yang mengenakan pakaian adat berada di belakangnya. Diikuti barisan demi barisan mulai dari siswa TK, SD hingga para siswa-siswi MTs Al Khidmah turut serta. Kemudian perwakilan RT, kelompok tani, ibu-ibu PKK, . Mereka membawa berbagai gunungan dan miniatur hasil pertanian, melambangkan kemakmuran dan kesuburan tanah Pendosawalan. Sorak sorai dan lantunan shalawat mengiringi langkah mereka, menciptakan atmosfer yang khidmat sekaligus meriah.

Para siswa MTs Al Khidmah tampil dengan penuh semangat, ada yang membawa bendera merah putih, ada pula yang membawa berbagai poster dengan berbagai macam tulisan penuh dukungan dan motivasi. Kehadiran mereka menambah semarak arak-arakan, sekaligus menjadi edukasi langsung tentang pentingnya melestarikan tradisi dan menghargai alam.

 

 

 

Puncak Acara di Lapangan Pendosawalan

Perjalanan arak-arakan berakhir di Lapangan Pendosawalan, tempat seluruh warga telah menanti. Lapangan yang luas ini telah disulap menjadi pusat perayaan dengan panggung utama dan area khusus untuk menempatkan seluruh gunungan. Setelah seluruh peserta arak-arakan tiba, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas karunia yang telah dilimpahkan.

Bapak Petinggi Desa Pendosawalan menyampaikan apresiasi yang tinggi atas partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. Beliau menekankan bahwa Sedekah Bumi bukan hanya sekadar perayaan, melainkan simbol kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Peran lembaga pendidikan seperti MTs Al Khidmah dalam melibatkan siswa-siswi mereka juga mendapat pujian, karena menjadi jembatan bagi pelestarian nilai-nilai budaya.

Acara puncak ditutup dengan “rayahan” atau perebutan gunungan hasil bumi yang menjadi tradisi paling dinanti. Warga berebut dengan gembira, meyakini bahwa hasil bumi yang mereka dapatkan akan membawa berkah. Momen ini memperlihatkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan keguyuban di Desa Pendosawalan.

Perayaan Sedekah Bumi di Pendosawalan tahun ini tidak hanya menjadi wujud syukur atas hasil panen, tetapi juga menegaskan kembali pentingnya menjaga tradisi, mempererat tali silaturahmi antarwarga, dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Sebuah reportase yang menggambarkan betapa kayanya budaya Indonesia, yang terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat.